TUGAS
SOFTSKILL 1
ETIKA
BISNIS
NAMA: TIARA
PRADHITA FITRIYANA
NPM : 18213896
KELAS :
4EA21
UNIVERSITAS
GUNADARMA
PTA
2016/2017
1.
Hakikat
Mata Kuliah Etika Bisnis
a. Hakikat
Etika Bisnis
Menurut Drs.O.P.Simorangkir bahwa
hakikat etika
bisnis adalah menganalisis atas asumsi-asumsi bisnis, baik asumsi moral maupun
pandangan dari sudut moral. Karena bisnis beroperasi dalam rangka suatu sistem
ekonomi, maka sebagian dari tugas etika bisnis hakikatnya mengemukakan
pertanyaan-pertanyaan tentang sistem ekonomi yang umum dan khusus, dan pada
gilirannya menimbulkan pertanyaan tentang tepat atau tidaknya pemakaian bahan
moral untuk menilai sistem-sistem ekonomi dan struktur bisnis.
Contoh
praktek etika bisnis yang dihubugkan dengan moral: uang milik perusahaan tidak
boleh diambil atau ditarik oleh setiap pejabat perusahaan untuk dimiliki secara
pribadi. Hal ini bertentangan dengan etika bisnis. Memiliki uang dengan cara
merampas atau menipu adalah bertentangan dengan moral. Pejabat perusahaan yang
sadar etika bisnis, akan melarang pengambilan uang perusahaan untuk kepentingan
pribadi, pengambilan yang terlanjur wajib dikembalikan. Pejabat yang sadar
disebut memiliki kesadaran moral, yakni keputusan secara sadar diambil oleh
pejabat, karena ia merasa bahwa itu adalah tanggung jawab, bukan saja selaku
karyawan melainkan juga sebagai manusia yang bermoral.
Contoh praktek etika bisnis yang
tidak memiliki kesadaran moral: seorang berdarah dingin dijalan juanda, jakarta
yang sangat ramai itu mendorong dengan clurit dan merampas harta milik
seseorang. Baginya menodong itu merupakan kebiasaan dan menjadi profesinya.
Apakah ada kesadaran moral bahwa perbuatan itu bertentangan dan dilarang oleh
ajaran agama, hukum dan adat? Sejak kecil ia ditinggalkan oleh ibu bapaknya
akibat perceraian, ia bergaul dengan anak gelandangan dan pencuri. Sesudah
dewasa menjadi penodong ulung. Ia menodong atau membunuh tanpa mengenal rasa
takut atau berdosa, bahkan sudah merupakan suatu profesi.
Menurut Dr. H. Budi Untung etika
bisnis adalah pengetahuan tentang tatacara ideal pengaturan dan pengelola
bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara universal dan
secara ekonomi atau sosial. Penerapan norma dan moralitas ini menunjang maksud
dan tujuan kegiatan dalam bisnis. Dalam penerapan etika bisnis, maka bisnis
mesti mempertimbangkan unsur norma dan moralitas yang berlaku didalam
masyarakat. Disamping itu etika bisnis dapat digerakkan dan dimunculkan dalam
perusahaan sendiri karena memiliki relevansi yang kuat dengan profesionalisme
bisnis.
Menurut
Velasques (2002), etika bisnis adalah studi yang dikhususkan mengenai moral
yang benar dan salah. Studi berkonsentrasi pada standar moral sebagai
diterapkan dalam kebijakan, institusi dan perilaku bisnis.
Menurut Hill dan
Jones (1998) etika bisnis adalah suatu ajakan untuk membedakan antara salah dan
benar guna memberikan pembekalan kepada setiap pemimpin perusahaan ketika
mempertimbangkan untuk mengambil keputusan strategis yang terkait dengan
masalah moral yang komplek. Lebih jauh ia mengatakan sebagian besar dari kita
sudah memiliki rasa yang baik dari apa yang benar dan apa yang salah, kita
sudah tahu bahwa salah satu untuk mengambil tindakan yang menempatkan resiko
kehidupan yang lain.
Menurut Steade
et al (1984:701), dalam bukunya “Business,
its Natura and Environment An Introduction” bahwa etika bisnis adalah
standar etika yang berkaitan dengan tujuan dan cara membuat keputusan bisnis.
b. Tujuan
Etika Bisnis
Pengertian etika bisnis dan tujuan
dibuatnya etika bisnis pada dasarnya sebuah etika bisnis ini digalakan karena
memiliki maksud dan tujuan tertentu dalam dunia bisnis. Adapun tujuan etika
bisnis adalah untuk menjalankan dan menciptakan sebuah bisnis seadil mungkin
serta menyesuaikan hukum yang sudah dibuat. Selain itu, juga dimaksudkan untuk
menghilangkan ketergantungan pada sebuah kedudukan individu maupun perusahaan.
Etika bisnis itu tingkatannya lebi luas jika dibandingkan dengan ketentuan yang
sudah diatur berdasarkan hukum yang berlaku, bahkan jika dibandingkan dengan
standar minimal dari ketentuan hukum maka etika bisnis menjadi standat minimal
dari ketentuan hukum etika bisnis menjadi standar atau ukuran yang lebih
tinggi. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan berbisnis tidak jarang kita jumpai
adanya bagian abu-abu da tidak diatur berdasarkan ketentuan hukum.
c. Fungsi
Etika Bisnis
Pengertian
etika bisnis dan fungsi penerapan etika bisnis dalam penerapan etika bisnis ini
tentu akan adanya nilai plus atau keuntungan tersendiri bagi sebuah perusahaan,
baik dalam jangka waktu yang panjang maupun menengah. Adapun fungsi etika
bisnis diantaranya adalah dapat mengurangi dana yang diakibatkan dari
pencegahan yang kemungkinan terjadinya friksi atau perpecahan, baik dari intern
perusahaan itu sendiri maupun ekstern perusahaan. Selain itu dalam etika bisnis
ini juga berfungsi untuk membangkitkan motivasi pekerja agar terus menigkat,
melindungi prinsip dalam kebebasan berdagang atau berniaga, serta dapat
meenciptakan keunggulan dalam bersaing.
Secara
umum, suatu tindakan perusahaan yang kurang etis akan membuat konsumen menjadi
terpancing dan pada akhirnya muncullah sebuah tindakan pembalasan. Seperti
contoh adanya larangan beredarya suatu produk, gerakan pemboikotan dan yang
sejenisnya, maka yang terjadi adalah penurunan nilai jual dan juga perusahaan.
Hal ini tentu berbeda dengan perusahaan yang menghargai adanya etika bisnis,
pasti akan mendapat peringatan kepuasan yang lebih tinggi.
2.
Definisi
Etika dan Bisnis
a. Etika
Secara
etimologis, kata etika berasal dari kata Yunani ethos (tunggal) yang berarti adat, kebiasaan, watak, akhlak, sikap,
perasaan dan cara berpikir. Bentuk jamaknya ta
etha. Sebagai bentuk jamak dari ethos,
ta etha berarti adat-kebiasaan atau pola pikiran yang dianut oleh suatu
kelompok orang yang disebut masyarakat atau pola tindakan yang dijunjung tinggi
dan dipertahankan oleh masyarakat tersebut. Bentuk jamak inilah yang menjadi
acuan dengannya istilah etika yang dipakai dalam sejarah peradaban manusia
hingga saat ini tercipta. Etika adalah ta
etha atau adat-kebiasaan yang baik yang dipertahankan, dijunjung tinggi dan
diwariskan secara turun temurun (Yoseph Laba Sinour, 2010:3).
Menurut
K.Bertens etika adalah cabang filsafat yang mempelajari baik buruknya perilaku
manusia. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah,
baik, buruk dan tanggung jawab. Dalam pengertian kumpulan dari
peraturan-peraturan kesusilaan sebetulnya tercakup juga adanya kesediaan karena
kesusilaan dalam dirinya minta ditaati pula oleh orang lain. Aristoteles juga
memberikan stilah ethica yang meliputi dua pengertian yaitu etika meliputi kesediaan
dan kumpulan peraturan, yang mana dalam bahasa latin dikenal dengan kata Mores
yang berati kesusilaan, tidak salah satu perbuatan (lahir, tingkah laku),
kemudian perkataan Mores tumbuh dan berkembang menjadi moralitas yang
mengandung arti kesediaan jiwa akan kesusilaan.
Menurut
Hobbs dalam Wignjosoebroto,
etika berkaitan dengan standar perilaku diantara orang-orang
dalam kelompok sosial. Etika merupakan prinsip-prinsip nilai moral yang
sistematis. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang
dimiliki oleh individu maupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan
yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Etika adalah
refleksi dari apa yang disebut dengan “self control”, karena segala sesuatunya
dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok itu sendiri.
Menurut James J. Spillance SJ, bahwa etika adalah
mempertimbangkan atau memperhatikan tingkah laku manusia dalam mengambil suatu
keputusan yang berkaitan dengan moral. Etika lebih mengarah pada penggunaan
akal budi manusia dengan objektivitas untuk menentukan benar atau salanya serta
tingkah laku seseorang kepada orang lain.
Setelah
mengetahui pendapat para ahli mengenai etika, maka kita juga harus tahu apa
fungsi dan tujuan etika sebagai berikut:
v Fungsi etika
·
Sebagai subyek : untuk menilai apakah tindakan-tindakan
yang telah dikerjakan itu salah atau benar, buruk atau baik.
·
Sebagai obyek :
cara melakukan sesuatu (didasarkan pada moralitas).
v Tujuan etika
Untuk
mendapatkan konsep mengenai penilaian baik buruk manusia sesuai dengan
norma-norma yang berlaku.
b.
Bisnis
Secara historis kata bisnis diambil dari kata bahasa
inggris yaitu busy yang dapat diartikan sebagai sibuk. Kata busy sendiri pada
bahasa inggris lama yaitu bisignis yang berarti keadaan dimana seseorang sedang
sibuk “state of being busy”. Konsep bisnis tersebut tidak membatasi
pendapat yang ada bahwa bisnis berlaku untuk individu, komunitas, ataupun
masyarakat. Secara etimologi bahwa bisnis berarti keadaan dimana seseorang atau
sekelompok orang sibuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan.
Menurut Stainford (1979) bahwa Business is all those activities in providing the goods and services
needed or desired by people. Dalam pengertian ini bisnis sebagai aktivitas
yang menyediakan barang atau jasa yang diperluhkan atau diinginkan oleh
konsumen. Dapat dilakukan oleh organisasi perusahaan yang memiliki badan hukum,
perusahaan yang memiliki badan usaha, maupun perorangan yang tidak memiliki
badan hukum maupun badan usaha.
Menurut Brown dan Petrello (1976) bahwa Business is an institution which produces
goods and services demanded by people. Dalam pengertian ini bisnis sebagai
suatu lembaga menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Apabila kebutuhan masyarakat meningkat, maka lembaga bisnis pun akan meningkat
pula perkembangannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut, sambil memperoleh laba.
Menurut Hooper bahwa bisnis adalah segala dan
keseluruhan kompleksitas yang ada pada berbagai bidang seperti penjualan
(commerce) dan industri, industri dasar, processing, dan industri manufaktur
dan jaringan, distribusi, perbankan, insuransi, transportasi, dan seterusnya
yang kemudian melayani dan memasukkan secara utuh (which serve and interpenetrate) dunia bisnis secara menyeluruh.
Dalam
dunia perekonomian, bisnis memiliki karakteristik yakni sebagai berikut:
·
Lembaga atau
institusi atau organisasi sosial dan ekonomi,
·
Berhubungan
dengan berbagai barang dan jaa yang memenuhi kebutuhan manusia,
·
Mencari laba,
profit atau keuntungan,
·
Menetukan harga
yang sesuai dan,
·
Akan ada
kemungkinan mengalami kerugian.
Namun ada tiga
hal terpenting dalam bisnis yaitu : menghasilkan barang dan jasa, mencari
profit, dan memaksimalkan kebutuhan konsumen.
3.
Etika
Moral, Hukum dan Agama
Pada dasarnya “etika moral” bukan suatu kata yang
memiliki satu arti. Melainkan etika moral adalah penggabungan dua kata yang
berbeda.
Menurut
Hurlock (1990) moral adalah sopan santun, kebiasaan, adat istiadat, dan aturan
perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya.
Menurut
Chaplin (2006) moral yang sesuai dengan aturan yang mengatur hukum sosial atau
adat atu perilaku.
Moral merupakan landasan dan patokan tindakan bagi
setiap orang dalam kehidupan sehari-hari ditengah-tengah kehidupan sosial
kemasyarakatan maupun dalam lingkungan keluarga dan yang terpenting moral
berada pada batin atau pikiran setiap insan sebagai fungsi control untuk
menyeimbangkan bagi pikiran negatif yang akan direalisasikan. Sedangkan
moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan atau nilai yang
berkenaan dengan baik buruk.
Hukum dan moral mempunyai hubungan yang sangat erat, karena satu sama
lain saling memiliki dan saling membutuhkan. Kualitas hukum ditentukan oleh
moralnya. Oleh karena itu hukum harus dinilai/diukur dengan norma moral.
Undang-undang moral tidak dapat digantikan apabila dalam suatu masyarakat
kesadaran moralnya mencapai tahap cukup matang. Moral juga membutuhkan hukum,
moral akan mengambang saja apabila tidak dikukuhkan, diungkapkan dan
dilembagakan dalam masyarakat. Dengan demikian hukum dapat meningkatkan dampak
sosial moralitas. Walaupun begitu tetap moral dan hukum harus dibedakan.
Perbedaan antara Moral dan Hukum
|
|
Moral
|
Hukum
|
Bersifat
subyektif dan akibatnya seringkali diganggu oleh pertanyaan atau diskusi yang
mengingatkan kejelasan tentang etis dan tidaknya.
|
Bersifat
obyektif karena hukum ditulis dan disusun dalam kitab undang-undang. Maka
hukum memiliki kepastian yang lebih besar.
|
Moral
menyangkut perilaku batin seseorang
|
Hukum
hanya membatasi ruang lingkup pada tingkah laku lahiriah manusia saja.
|
Sanksi
moral satu-satunya adalah pada kenyataan bahwa hati nuraninya akan merasa
tidak tenang
|
Sanksi
hukum biasanya dapat dipaksakan.
|
Moralitas
tidak akan dapat diubah oleh masyarakat.
|
Sanksi
hukum pada dasarnya didasarkan pada kehendak masyarakat.
|
Agama adalah sistem atau prinsip kepercayaab kepada
adanya kekuatan mengatur yang bersifat luar biasa yang berisi norma-norma atau
peraturan yang menata bagaimana cara manusia berhubungan dengan Tuhan dan
bagaimana manusia hidup yang berkelanjutan sampai sesudah manusia itu mati. Sedangkan
etika mendukung keberadaan agama, dimana etika sanggup membantu manusia dalam
menggunakan akal pilkiran untuk memecahkan masalah. Perbedaan antara etika dan
ajaran moral agama yakni etika mendasarkan diri pada argumentasi rasional.
Sedangkan Agama menuntut seseorang untuk mendasarkan diri pada wahyu Tuhan dan
ajaran agama.
4.
Klasifikasi
Etika
Menurut buku yang berjudul “Hukum
dan Etika Bisnis” karangan Dr. H. Budi Untung, S.H., M.M, etika dapat
diklasifikasikan menjadi:
a. Etika
Deskriptif
Etika deskriptif yakni
etika dimana objek yang dinilai adalah sikap dan perilaku manusia dalam
mengejar tujuan hidupnya sebagaimana adanya. Nilai dan pola perilaku manusia
sebagaimana adanya ini tercermin pada situasi dan kondisi yang telah membudaya
di masyarakat secara turun-temurun.
b. Etika
Normatif
Etika normatif yakni
sikap an perilaku manusia atau masyarakat sesuai dengan norma dan moralitas
yang ideal. Etika ini secara umum dinilai memenuhi tuntutan dan perkembangan
dinamika serta kondisi masyarakat. Adanya tuntutan yang menjadi acuan bagi masyarakat umum atau semua
pihak dalam menjalankan kehidupannya.
c. Etika
Deontologi
Etika deontologi yakni
etika yang dilaksanakan dengan dorongan oleh kewajiban untuk berbuat baik
terhadap orang atau pihak lain dari perilaku kehidupan. Bukan hanya dilihat dari
akibat dan tujuan yang timbulkan oleh sesuatu kegiatan atau aktivitas, tetapi
dari sesuatu aktivitas yang dilaksanakan karena ingin berbuat kebaikan terhadap
masyarakat atau pihak lain.
d. Etika
Teleologi
Etika teleologi yakni
etika yang diukur dari apa tujuan yang dicapai oleh para pelaku kegiatan.
Aktivitas akan dinilai baik jika bertujuan baik. Artinya sesuatu yang dicapai
adalah sesuatu yang baik dan mempunyai akibat yang baik. Baik ditinjau dari
kepentingan semua pihak. Dalam etika ini dikelompokkan menjadi dua macam yaitu:
·
Egoisme adalah etika
yang baik menurut pelaku saja, sedangkan bagi yang lain mungkin tidak baik.
·
Utilitarianisme adalah
etika yang baik bagi semua pihak, artinya senua pihak baik yang berkaitan
langsung maupun tidak langsung akan menerima pengaruh yang baik.
e. Etika
Relatifisme
Etika relatifisme yakni
etika yang digunakan dimana mengandung perbedaan kepentingan antara kelompok
parsial dan kelompok universal atau global. Etika ini hanya berlaku bagi
kelompok passrial, misalnya etika yang sesuai dengan adat istiadat lokal,
regional dan konvensi, sifat dan lain-lain. Dengan demikian tidak berlaku bagi
semua pihak atau masyarakat yang bersifat global.
5.
Konsepsi
Etika
Konsep-konsep dasar etika antara lain adalah (Bertens,
2002) : (i) ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia serta azas-azas
akhlak (moral) serta kesusilaan hati seseorang untuk berbuat baik dan juga
untuk menentukan kebenaran atau kesalahan dan tingkah laku seseorang terhadap
orang lain. Sedangkan teori-teori etika sebagai berikut:
a. Utilitarianisme
Utilitarianisme
menyatakan bahwa suatu tindakan dianggap baik bila tindakan ini meningkatkan
derajat manusia. Penekanan dalam utilitarianisme bukan pada memaksimalkan
derajat masyarakat secara keseluruhan. Dalam implementasinya sangat tergantung
pada pengetahuan kita akan hal mana yang dapat memberikan kebaikan terbesar.
Seringkali kita tidak mungkin benar-benar mengetahui konsekuensi tindakan kita
sehingga ada resiko bahwa perkiraan terbaik bisa saja salah.
b. Analisis Biaya-Keuntungan (Cost-Benefit Analysis)
Pada
dasarnya, tipe analisis ini hanyalah satu penerapan utilitarianisme. Dalam
analisis biaya-keuntungan, biaya suatu proyek dinilai, demikian juga
keuntungannya. Hanya proyek-proyek yang perbandingan keuntungan terhadap
biayanya paling tinggi saja yang akan diwujudkan. Bila dilihat dari teorinya,
sangatlah mudah untuk menghitung biaya dan keuntungan, namun dalam penerapannya
bukan hanya hal-hal yang bersifat materi saja yang perlu diperhitungkan
melainkan hal-hal lahir juga perlu diperhatikan dalam mengambil keputusan.
c. Etika Kewajiban dan Etika Hak
Etika
kewajiban (duty ethics) menyatakan
bahwa ada tugas-tugas yang harus dilakukan tanpa mempedulikan apakah tindakan
ini adalah tindakan terbaik. Sedangkan, etika hak (right ethics) menekankan bahwa kita semua mempunyai hak moral, dan
semua tindakan yang melanggar hak tidak dapat diterima secara etika. Etika
kewajiban dan etika hak sebenarnya hanyalah dua sisi yang berbeda dari stu mata
uang yang sama. Kedua teori ini mencapai akhir yang sama, yaitu individu harus
dihormati, dan tindakan dianggap etis bila tindakan itu mempertahankan rasa
hormat kita kepada orang lain. Kelemahan dari teori ini adalah terlalu bersifat
individu, hak dan kewajiban bersifat individu. Dalam penerapannya sering terjadi
bentrok antara hak seseorang dengan orang lain.
d.
Etika Moralitas
Pada
dasarnya, etika moralitas berwacana untuk menentukan kita sebaiknya menjadi
orang seperti apa. Dalam etika moralitas, suatu tindakan dianggap benar jika
tindakan itu mendukung perilaku karakter yang baik (bermoral) dan dianggap
salah jika tindakan itu mendukung perilaku karakter yang buruk (tidak
bermoral). Etika moral lebih bersifat pribadi, namun moral pribadi akan
berkaitan erat dengan moral bisnis. Jika perilaku seseorang dalam kehidupan
pribadinya bermoral, maka perilakunya dalam kehidupan bisnis juga akan
bermoral.
Dalam memecahkan
masalah, kita tidak perlu binggung untukk memilih teori mana yang sebaiknya
digunakan, sebab kita dapat menggunakan semua teori itu untuk menganalisis
suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda dan melihat hasil apa yanag
diberikan masing-masing teori itukepada kita.
Sumber:
https://novitakristianisengkadai.blogspot.co.id/2015/10/bab-1-definisi-etika-dan-bisnis-sebagai.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar