BAB VI
SUMBERDAYA KONSUMEN DAN PENGETAHUAN
6.1 Sumberdaya Ekonomi
Uang
adalah alat transaksi yang sangat diperlukan oleh konsumen untuk membeli
produk. Keputusan konsumen sehubungan dengan produk dan merek sangat
dipengaruhi oleh jumlah sumber daya ekonomi misalnya uang. Tanpa uang konsumen
tidak bisa membeli apapun. Pembelian sangat dipengaruhi oleh pendapatan
konsumen sama halnya dengan harapan konsumen mengenai pendapatan masa dating
menjadi variabel penting dalam meramalkan perilaku konsumen.
Sumberdaya
konsumen dipengaruhi oleh potensi sumberdaya ekonomi atau lebih dikenal dengan
potensi ekonomi. Keadaan ekonomi konsumen sangat dipengaruhi konsumen tersebut
dalam mengambil suatu keputusan. Selain pendapat, sumberdaya ekonomi lainnya
yaitu kekayaan (asset/nilai bersih) dan kredit. Kekayaan seseorang berkorelasi
dengan pendapatan orang tersebut. Berikut ini adalah pembagian sumberdaya
ekonomi (pendapatan) konsumen, yaitu:
a. Sumberdaya
ekonomi individu.
b. Sumberdaya
ekonomi keluarga.
c. Sumberdaya
ekonomi rumah tangga.
6.2 Sumberdaya Sementara
Waktu
menjadi salah satu variabel yang semakin penting dalam memahami perilaku
konsumen. Banyak konsumen yang semakin mengalami kemiskinan antar waktu. Karena
kesibukan dalam kegiatan sehari-hari. Namun demikian ada suatu bagian waktu
yang dihabiskan untuk kegiatan yang sangat pribadi yaitu waktu senggang. Secara
historis, anggaran waktu konsumen dianggap memiliki dua komponen yaitu waktu
kerja dan waktu senggang. Menurut lane dan Lindquist anggaran waktu konsumen
terbagi atas:
a. Waktu
yang menghasilkan pendapatan.
b. Waktu
terikat (wajib dan non-wajib).
c. Waktu
tidak terikat (terencana dan tidak terencana).
Ada
2 barang yang terdapat dalam sumberdaya sementara:
1. Barang
yang menggunakan waktu
Produk
yang memerluhkan pemakaian waktu dalam mengonsumsinya. Contohnya : menonton tv,
memancing, golf, tennis (waktu senggang) tidur, perawatan pribadi, pulang pergi
(waktu wajib).
2. Barang
penghemat waktu
Produk
yang menghemat waktu memungkinkan konsumen meningkatkan waktu leluasa mereka. Contoh:
oven microware, pemotong rumput, dan dast food.
6.3 Sumberdaya Kognitif
Sumberdaya
kognitif adalah kepemimpinan teori psikologi industri dan organisasi yang
dikembangkan oleh Fred Fiedler dan Joe Garcia pada tahun 1987 sebagai
konseptualisasi dari model kontigensi Fiedler. Teori ini berfokus pada pengaruh
pemimpin intelijen dan pengalaman tentangnya atau reaksinya terhadap stres.
Inti dari teori ini adalah bahwa stress adalah musuh rasionalitas, merusak
kemampuan pemimpin untuk berpikir logis dan analitis. Namun, pengalaman
pemimpin dan kecerdasan dapat mengurangi pengalaman stres pada (atau dia)tindakannya.
Kecerdasan adalah faktor utama dalam situasi stress rendah, sementara jumlah
pengalaman selama lebih saat stress.
Sumberdaya
kognitif menggambarkan kapasitas mental yang tersedia untuk menjalankan
berbagai kegiatan pengolahan informasi. Alokasi kapasitas kognitif dikenal
sebagai perhatian (attention). Perhatian terdiri dari dua dimensi:
1. Arahan
(direction) menggambarkan focus perhatian.
2. Intensitas
mengacu pada jumlah kapasitas yang difokuskan pada arahan tertentu, karena
kapasitas tersebut terbatas, orang harus selektif dalam apa yang mereka
perhatikan dan berapa banyak perhatian dialokasikan selama pengolahan
informasi.
6.4 Kandungan Pengetahuan
Kajian
Myke mendefinisikan kandungan pengetahuan adalah jumlah keupayaan sumber tenaga
manusia, asset dan pengalaman kepemimpinan, modal teknologi dan maklumat,
hubungan kerjasama, harga intelek, stok maklumat serta kebolehan untuk
berkongsi pembelajaran dan penggunaan, yang boleh digunakan untuk menjaga
kekayaan dan meningkatkan daya saing ekonomi.
Pengetahuan
konsumen adalah semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam
produk, serta pengetahuan lainnya yang terkait dan informasi yang berhubungan
dengan fungsinya sebagai konsumen. Dalam hal ini pengetahuan konsumen amat
diperluhkan. Karena, hal ini dapat mempengaruhi keputusan konsumen dalam
melakukan pembelian. Apa yang dibeli, berapa benyak yang dibeli, dimana membeli
dan kapan membeli akan tergantung kepada pengetahuan. Pengetahuan konsumen
terbagi kedalam tiga macam, yaitu pengetahuan produk, pengetahuan pembelian,
dan pengetahuan pemakaian.
6.5 Organisasi pengetahuan
Pengetahuan
organisasi ini dimaksudkan untuk mencakup semua jenis skema untuk mengorganisir
informasi dan manajemen pengetahuan mempromosikan. Pengetahuan organisasi berkaitan
dan informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen adalah.
1. Pengetahuan
tentang karakteristik/atribut produk.
2. Pengetahuan
tentang manfaat produk.
3. Pengetahuan
tentang kepuasan yang diberikan produk kepada konsumen.
Sedangkan
manfaat yang diberikan kepada konsumen adalah sebagai berikut:
1. Manfaat
fungsional, yaitu manfaat yang dirasakan konsumen secara fisiologis.
2. Manfaat
psikososial, yaitu aspek psikologis dan aspek yang dirasakan konsumen setelah
menggonsumsi suatu produk.
6.6 mengukur pengetahuan
Cara
yang paling nyata dalam mengukur kemampuan pengetahuan adalah menilai secara
langsung isi ingatan. Beberapa indikator pengukuran pengetahuan antara lain
sadalah sebagai berikut:
1. Pengetahuan
Objektif (Objective Knowledge) adalah pengukuran yang menyadap apa yang
benar-benar sudah disimpan oleh konsumen di dalam ingatan.
2. Pengetahuan
Subjektif (Subjective Knowledge) adalah pengethuan yang dipengaruhi oleh
kepercayaan diri seseorang yaitu bahwa orang yang percaya diri mungkin
melaporkan secara berlebih tingkat pengetahuan mereka (Engle, Blackwell &
Miriard, 1994, p.331-332).
BAB VII
SIKAP, MOTIVASI DAN KONSEP DIRI
Pengertian Sikap
Sikap
adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
stimulasi atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat,
tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.
Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan
pelaksana motif tertentu (Notoatmodjo, 2007).
7.1 Komponen Sikap
Ada
tiga komponen yang secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
attitude) yaitu:
1. Kognitif
(cognitive) adalah berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau
apa yang benar bagi obyek sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia
akan menjadi dasar seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari obyek
tertentu.
2. Afektif
(affective) adalah menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap
suatu obyek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan [perasaan yang
dimiliki obyek tertentu.
3. Konatif
(conative) adalah komponen konatif atau komponen perilaku dalam struktur sikap
menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku dengan yang ada
Dallam diri seseorang berkaitan dengan obyek yang dihadapi.
7.2 Sifat-sifat Sikap
Ada
tiga sifat-sifat sikap dari perilaku konsumen yaitu:
1. Consumer
Behavior Is Dynamic
Perilaku
konsumen dikatakan dinamis karena proses berpikir, merasakan, dan aksi dari
setiap individu konsumen, kelompok konsumen, dan perhimpunan besar konsumen
selalu berubah secara konstan. Sifat yang dinamis demikian menyebabkan
pengembangan strategi pemasaran menjadi sangat menantang sekaligus sulit. Suatu
strategi dapat berhasil pada saat dan tempat tertentu, tapi gagal pada saat dan
tempat lain. Karena itu suatu perusahaan harus senantiasa melakukan
inovasi-inovasi secara berkala untuk meraih konsumennya.
2. Consumer
Behavior Involves Interactions
Dalam
perilaku konsumen terdapat interaksi antara pemikiran, perasaan, dan tindakan
manusia, serta lingkungan. Semakin dalam suatu perusahaan memahami bagaimana
interaksi tersebut mempengaruhi konsumen baik perusahaan tersebut dalam
memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen serta memberikan value atua bagi
konsumen.
3. Consumer
Behavior Involves Exchange
Perilaku
konsumen melibatkan pertukaran antara manusia. Dalam kata lain seseorang memberikan
sesuatu untuk orang lain dan menerima sesuatu sebagai gantinya.
7.3 Penggunaan multiatribute
attitude model untuk memahami sikap konsumen
Kepercayaan
konsumen terhadap suatu produk bahwa produk tersebut memiliki atribut adalah
akibat dari pengetahuan konsumen. Menurut Mowen dan Minor kepercayaan konsumen
adalah pengetahuan konsumen mengenai suatu objek, atributnya, dan manfaatnya.
Pengetahuan tersebut berguna dalam mengkomunikasikan suatu produk dan
atributnya kepada konsumen. Sikap menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap
berbagai atribut tersebut. Berikut adalah beberapa karakteristik silkap antara
lain:
1. Sikap
positif, negatif, netral.
2. Keyakinan
sikap.
3. Sikap
memiliki objek.
4. Konsistensi
sikap.
5. Resistensi
sikap.
Berikut
penggunaan multiatribut attitude ada tiga yaitu:
1. Theattitude-toward-objectmodel:
Digunakan
khususnya menilai sikap konsumen terhadap satu kategori produk atau merk
spesifik. Hal ini untuk menilai fungsi kehadiran dan evaluasi terhadap sesuatu.
Pembentukan sikap konsumen yang dimunculkan karena telah merasakan sebuah
objek. Hal ini mempengaruhi pembentukan sikap selanjutnya.
2. Theattitude-toward-behaviormodel:
Lebih
digunakan untuk menilai sikap konsumen terhadap satu kategori produk atau merk
spesifik. Hal ini untuk menilai fungsi kehadiran dan evaluasi terhadap sesuatu.
Pembentukan sikap konsumen yang dimunculkan karena telah merasakan suatu objek.
Hal ini mempengaruhi pembentukan sikap selanjutnya.
3. Theoryof-reasoned-actionmodel
Menurut
teori ini pengukuran sikap yang tepat seharusnya didasarkan pada tindakan
pembelian atau penggunaan merk produk bukan pada merek itu sendiri tindakan
pembelian dan menggonsumsi produk pada akhirnya akan menentukan tingkat
kepuasan.
7.4 Pentingnya feeling dalam
memamahami sikap konsumen
Seseorang
tidak dilahirkan dengan sikap dan pandangannya, melainkan sikap tersebut
terbentuk sepanjang perkembangannya. Dimana salam interaksi sosialnya, individu
bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang
dihadapinya (Azwar,1995).
Sikap
mulai menjadi focus pembahasan dalam ilmu sosial semenjak awal abad 20. Secara
bahasa, Oxford Advanced Learner Dictionary (Hornby, 1974) mencantumkan bahwa
sikap (attitude), berasal dari bahasa italia attitudine yaitu “Manner of
placing or holding the body, and way of felling”.
7.5 Penggunaan sikap dan maksud
untuk memperkirakan perilaku konsumen
Sebagai
konsumen, kita masing-masing mempunyai berbagai macam sikap terhadap produksi,
jasa iklan, pesanan langsung melalui surat (direct mail), internet, dan toko ritel.
Dalam konteks perilaku konsumen, pengertian berbagai sikap yang umum akan
memberi manfaat strategis yang besar. Untuk sampai ke inti yang mendorong
perilaku para konsumen, riset sikap telah digunakan untuk mempelajari berbagai
macam masalah pemasaran yang strategis. Tujuan riset untuk mengenali
sikap-sikap terakhir sebagai dasar untuk memuaskan berbagai kebutuhan konsumen
dengan lebih baik.
Warner
dan Pefleur (Azwar, 1995) mengemukakan 3 postulat guna mengidentifikasikan tiga
pandangan mengenai hubungan sikap dan perilaku, yaitu postulat of consistency,
postulat of independent variation dan postulate of contigent consistency.
Berikut ini penjelasan tentang ketiga postulat tersebut:
1. Postulat
Konsistensi
Postulat
konsistensi mengatakan bahwa sikap verbal memberi petunjuk yang cukup akurat
untuk memprediksikan apa yang akan dilakukan seseorang bila diharapkan pada
suatu objek sikap. Jika postulat ini mengasumsi adanya hubungan langsung antara
sikap dan perilaku.
2. Postulat
Variasi Independen
Postulat
ini mengatakan bahwa mengetahui sikap tidak berrti dapat memprediksi perilaku,
karena sikap dan perilaku merupakan dua dimensi dalam diri individu yang
berdiri sendiri, terpisah dan berbeda.
3. Postulat
Konsistensi Kontigensi menyatakan bahwa hubungan sikap dan perilaku sangat
ditentukan oleh faktor-faktor situasional tertentu. Norma-norma, peranan,
keanggotaan kelompok dan lain sebagainya, merupakan kondisi ketergantungan yang
dapat mengubah hubungan sikap dan perilaku. Oleh karena itu, sejauh mana
prediksi perilaku dapat disandarkan pada sikap akan berbeda dari waktu ke waktu
dan dari satu situasi ke situasi lainnya.
7.6 Dinamika proses motivasi
Kata
motivasi berasal dari Bahasa Inggris adalah “Motivation”. Perkataan asalnya
ialah “Motive” yang juga telah dipinjam oleh Bahasa Melayu atau Bahasa Malaysia
kepada “Motif” yang artinya tujuan. Jadi, motivasi adalah sesuatu yang
menggerakan atau mengarahkan tujuan seseorang dalam tindakan-tindakannya secara
negative atau positif untuk mencapai
tujuannya. Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu:
1. Kebutuhan
Kebutuhan
terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki
dan yang ia harapkan. Maslow membagi kebutuhan menjadi lima tingkatan yakni
kebuthan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan akan
penghargaan diri dan kebutuhan aktualisasi.
2. Dorongan
Dorongan
merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi
harapan.
3. Tujuan
Tujuan
adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu. Tujuan tersebut
mengarahkan perilaku, dalam hal ini perilaku belajar. Kekuatan mental atau
kekuatan motivasi belajar dapat diperkuat dan dikembangkan. Interaksi kekuatan
mental dan pengaruh dari luar ditentukan oleh responden prakarsa pribadi
pelaku.
7.7 Kegunaan dan stabilitas pola
motivasi
Motivasi
merupakan dorongan/tenaga pendoronng pada diri dari individu/seseorang untuk
melakukan sesuatu guna memenuhi kebutuhannya yang belum terpenuhi. Motivasi
konsumen dalam menjawab pertanyaan mengenai mengapa seseorang membeli produk
tertentu, hal ini berhubungan dengan motivasi seorang konsumen. Motivasi
konsumen mewakili dorongan untuk memuaskan kebutuhan baik yang bersifat
fisiologis maupun psikologis melalui pembelian dan penggunaan suatu produk.
7.8 Memahami kebutuhan konsumen
Kebutuhan
konsumen merupakan faktor yang dipengaruhi oleh beberapa kriteria sebagai
berikut:
1. Kebutuhan
yang dimaksud adalah keinginan yang dilandasi oleh kebutuhan yang tidak dapat
dihindari antara lain: kebutuhan fisik seperti makanan, pakaian, kenyamanan,
keamanan dimana satu sama lain konsumen memiliki perbedaan kebutuhan sosial
seperti aktualisasi diri, harga diri, perhatian orang lain sangat ditentukan
oleh strata sosial yang dimiliki konsumen misalnya tingkat penghasilan, dan
lingkungan. Kebutuhan individu seperti pendidikan, penampilan, dll.
2. Keinginan (wants) merupakan kebutuhan yang
dibentuk oleh kultur dan kepribadian konsumen yang akan membentuk
permintaan(demand) yang akan memberikan kepuasan bagi konsumen bersangkutan.
3. Kebutuhan
psikologis. Jenis kebutuhan seperti ini dilar=tarbelakangi oleh kemampuan daya
beli konsumen yang melebihi tingkat kebutuhannya. Artinya kelompok konsumen
yang berpenghasilan tinggi secara psikologis mereka ingin tampil beda dengan konsumen
lainnya. Keinginan terhadap suatu produk tidak mempertimbangkan harga tetapi
produk yang mampu mengangkat harga dari konsumen seperti mobil, arloji, lukisan
atau benda seni dan produk bermerk lainnya.
BAB VIII
KEPRIBADIAN, NILAI DAN GAYA HIDUP
8.1 Kepribadian
Kepribadian
adalah karakteristik psikologis seseorang yang menentukan dan merefleksikan
bagaimana seseorang merespon lingkungannya (Schiffman dan Kanuk, 2000).
Berdasarkan definisi ini maka bias disimpulkan bahwa yang ditekankan adalah karakter-karekter
internal termasuk didalamnya berbagai atribut, sifat, tindakan yang membedakan
dengan orang lain. Secara praktis konsep kepribadian dapat didefinisikan
sebagai seperangkat pola perasaan, pemikiran dan perilaku yang unif yang
menjadi standar respon konsumen untuk berbagai situasi.
Pola
ini memiliki beberapa ciri khas yaitu:
1. Mencerminkan
perbedaan individu.
2. Konsistensi.
3. Psikologis
dan fisiologis.
4. Kepribadian
dapat berubah.
5. Kepribadian
berinteraksi dengan situasi.
Dimensi
kepribadian :
1. Ekstraversi
Suatu
dimensi kepribadian yang mencirikan seseorang yang senang bergaul dan banyak
bicara dan tegas.
2. Sifat
menyenangkan
Suatu
dimensi kepribadian yang mencirikan seseorang yang baik hati, kooperatif dan
mempercayai.
3. Sikap
mendengarkan kata hati
Suatu
dimensi kepribadian yang mencirikan seseorang yang bertanggungjawab, dapat
diandalkan, tekun dan berorientasi prestasi.
4. Kematangan
emosional
Suatu
dimensi kepribadian yang mencirikan seseorang yang tenang, bergairah, terjamin
(positif), lawan tegang, gelisah, murung dan tak kokoh(negative).
5. Keterbukaan
terhadap pengalaman
Suatu
dimeni kepribadian yang mencirikan seseorang yang imajinatif, secara artistic
peka dan intelektual.
8.2 nilai-nilai individu
Dilihat
dari kepribadian, perilaku konsumen mempunyai nilai-nilai individu sebagai
berikut:
1. ID
Id
itu untuk mengusahakan segera tersalurkan kumpulan-kumpulan energy atau
ketegangan yang dicurahkan dalam jasad oleh rangsangan-rangsangan, baik dari
dalam maupun dari luar. Berfungsi sebagai menenuaikan prinsip kehidupan yang
asli atau yang pertama yang dinamakan prinsip kesenangan (pleasure principle).
Bertujuan untuk mengurangi ketegangan . ketegangan dirasakan sebagai
penderitaan. Tujuan dari prinsip kesenangan ini dapat dikatakan terdiri dari
usaha mencegah dan menemukan kesenangan.
2. EGO
Ego
adalah hubungan timbal balik antara seseorang dengan dunia memerlukan
pembentukan suatu system rohaniah baru. Berlainan dengan id yang dikuasai oleh
prinsip kesenangan, ego dikuasai oleh prinsip kenyataan (reality principle).
Bertujuan untuk menangguhkan peredaran energy sampai benda nyata yang akan
memuaskan telah diketemukan atau dihasilkan. Pengaruh suatu tindakan berate
bahwa ego harus dapat menahan ketegangan sampai ketegangan itu dapat diredakan
dengan suatu bentuk kelakuan yang wajar.
3. SUPEREGO
Superego
adalah suatu cabang moril atau cabang keadilan dari kepribadian. Superego lebih
mewakili alam ideal dari paa alam nyata. Superego terdiri dari dua anak system,
ego ideal dan hati nurani. Nilai sebagai sesuatu yang lebih diinginkan harus
dibedakan dengan yang hanya ‘diinginkan’, dimana ‘lebih diinginkan’
mempengaruhi seleksi berbagai modus tingkah laku yang mungkin dilakukan
individu atau mempengaruhi pemilihan tujuan akhir tingkah laku (Kluckhohn dalam
Rokeach, 1973). ‘Lebih diinginkan’ ini memiliki pengaruh lebih besar dalam
mengarahkan tingkah laku dan dengan demikian maka nilai menjadi tersusun
berdasarkan derajat kepentingannya.
Sebagaimana
terbentuknya nilai juga mempunyai karakteristik tertentu untuk berubah. Karena
nilai diperoleh dengan cara terpisah, yaitu dihasilkan oleh pengalaman budaya,
masyarakat dan pribadi yang tertuang dalam struktur psikologis individu
(Danandjaja, 1985), maka nilai menjadi tahan lama dan stabil (Rokeach, 1973).
Jadi nilai memiliki kecenderungan untuk menetapkan. Walaupun masih mungkin
berubah oleh hal-hal tertentu. Salah satunya adalah bila terjadi perubahan
sistem nilai budaya dimana individu tersebut menetap (Danandjaja, 1985).
8.3 Konsep gaya hidup dan
pengukurannya
Gaya
hidup adalah bagaimana seseorang menjalankan apa yang menjadi konsep dirinya
yang ditentukan oleh karakteristik individu yang terbangun dan terbentuk sejak
lahir dan seiring dengan berlangsungnya interaksi sosial selama mereka
menjalankan sirkulasi kehidupan. Psikografi adalah variabel-variabel yang
digunakan untuk mengukur gaya hidup. Bahkan sering kali istilah psikografi dan
gaya hidup digunakan secara bergantian. Beberapa variabel psikografi adalah
sikap, nilai, aktivitas, minat,opini dan demografi.
Teori
sosio-psikologis melihat dari variabel sosial yang merupakan determinan yang
paling penting dalam pembentukan kepribadian. Teori faktor ciri, yang
mengemukakan bahwa kepribadian individu terdiri dari atribut predisposisi yang
pasti disebut ciri (trait).
Konsep
gaya hidup konsumen sedikit berbeda dari kepribadian. Gaya hidup terkait dengan
bagaimana seseorang hidup, bagaimana menggunakan uangnya dan bagaimana
mengalokasikan waktu mereka. Kepribadian menggambarkan konsumen lebih kepada
perspektif internal, yang memperlihatkan karakteristik pola berpikir, perasaan
dan persepsi mereka terhadap sesuatu.
Ada
3 faktor yang mempengaruhi gaya hidup konsumen:
1. Kegiatan
yaitu bagaimana konsumen menghabiskan waktunya.
2. Minat
yaitu tingkat keinginan atau perhatian atas pilihan yang dimiliki konsumen.
3. Pendapatan
atau pemikiran yaitu jawaban sebagai respon dari stimulus dimana semacam
pertanyaan yang diajukan.
8.4 Pengukuran ganda perilaku
individu
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku individu terhadap pengambilan keputusan konsumen:
1. Sikap
orang lain.
2. Faktor
situasi tak terduga.
Konsumen
mengkin membentuk kecenderungan pembelian berdasarkan pada pendapatan yang
diharapkan, harga, dan manfaat produk yang diharapkan. Ada 5 tahap pengambilan
keputusan pembelian terdiri dari:
1. Pengenalan
masalah (problem recognition)
Konsumen
akan membeli suatu produk solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Tanpa
adanya pengenalan masalah yang muncul, konsep tidak dapat menentukan produk
yang akan dibeli.
2. Pencarian
informasi (informasi source)
Setelah
memahami masalah yang ada, konsumen akan termotivasi untuk mencari informasi.
Proses pencarian informasi dapat berasal dari dalam memori (internal) dan
berdasarkan pengalaman orang lain (eksternal).
3. Mengevaluasi
alternative (alyternatif evaluation)
Setelah
konsumen mendapat berbagai macam informasi, konsumen akan mengevaluasi
alternative yang ada untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya.
4. Keputusan
pembelian (purchase dicision)
Setelah
konsumen mengevaluasi beberapa alternative strategis yang ada, konsumen akan
membuat kepuusan pembelian. Terkadang waktu yang dibutuhkan antara membuat
keputusan pembelian dengan menciptakan pembelian yang actual tidak sama
dikarenakan adanya hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan.
5. Evaluasi
pasca pembelian (post-purchase evaluation)
Merupakan
proses evaluasi yang dilakukan konsumen tidak hanya berakhir pada tahap
pembuatan keputusan pembelian. Setelah membeli produk tersebut, konsumen akan
melakukan evaluasi apakah produk tersebut sesuai dengan harapannya. Dalam hal
ini, terjadi kepuasan dan ketidakpuasan konsumen. Konsumen akan puas jika
produk tersebut sesuai dengan harapannya dan selanjutnya akan meningkatkan
permintaan akan merek produk tersebut dimasa depan. Sebaliknya, konsumen akan
merasa tidak puas jika produk tersebut tidak sesuai dengan harapannya dan hal
ini akan menurunkan permintaan konsumen dimasa depan.
BAB IX
MEMPENGARUHI SIKAP DAN PERILAKU
9.1 Dari bujukan hingga komunikasi
Konsumen
adalah kelompok individual (perorangan atau rumah tangga) yang membeli dan
mengkonsumsi barang atau jasa untuk kepentingan pribadi maupun keluarganya atau
untuk maksud lain. Keputusan pembelian konsumen untuk membeli atau tidak
membeli merupakan respons perilaku atas stimulant yang diterima konsumen. Modal
yang mendasarkan pada arus proses perilaku konsumen ini sering dikenali sebagai
model rangsangan-tanggapan (stimulus-respons model).
Stimulus
merupakan masukan proses perilaku dibedakan atas rangsangan pemasaran dari
pemasar dan rangsangan dari lingkungan konsumen itu sendiri. Sedangkan proses
pengambilan keputusan dipengaruhi oleh faktor personal maupun sosial konsumen.
Respons perilaku konsumen dapat dapat dijadikan faktor yang dapat membentuk keputusan
pembelian (yaitu pembelian selanjutnya) atau tidak melakukan pembelian (menolak
produk yang ditawarkan).
Rangsangan
pemasaran dari pemasar yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku kosumen yaitu
seluruh kegiatan pemasaran yang meliputi bujukan hingga komunikasi mengenai
produk tertentu yang ditawarkan. Para pemasar dapat melakukan kegiatan yang
dapat dijadikan teknik modifikasi perilaku konsumen. Berbagai teknik modifikasi
yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen adalah melalui beberapa
aspek pemasaran yang meliputti aspek produk, aspek, harga dan aspek promosi.
9.2 Tehnik modifikasi perilaku
Modifikasi
perilaku dapat diartikan sebagai berikut:
a. Upaya,
proses, atau tindakan untuk mengubah perilaku, aplikasi prinsip-prinsip belajar
yang teruji secara sistematis untuk mengubah perilaku.
b. Adaptif
menjadi perilaku adaptif, penggunaan secara empiris teknik-teknik perubahan
perilaku untuk memperbaiki perilaku.
c. Melalui
penguatan positif, penguatan negative, dan hukuman usaha untuk menerapkan prinsip-prinspi
proses belajar maupun prinsip-prinsip psikologi.
Tehnik-tehnik
modifikasi perilaku dalam perilaku konsumen adalah:
1. Dorongan
Prompting
Yaitu
permintaan untuk melakukan suatu tindakan kepada seseorang.
2. Tehnik
banyak permintaan (many asking)
Yaitu
mengajukan beberapa permintaan kepada konsumen dengan mengawali dari permintaan
yang kecil lalu ke permintaan yang lebih besar, atau sebaliknya diawali dari
permintaan besar kemudian diikuti oleh perusahaan lebih kecil.
3. Prinsip
Resiprositas (Respority)
Yaitu
tehnik meningkatnya kepatuhan konsumen
atas permintaan pemasar dengan lebih dahulu menawarkan orang bersangkutan
sejumlah hadiah atau sample produk.
4. Perana
Komitmen (Committement)
Komitmen
yang dipegang secara konsisten akan meningkatkan jumlah pembelian. Komitmen
yang tertulis akan dapat meningkatkan konsistensi dalam bertransaksi.
5. Pelabelan
(Labelling)
Melibatkan
pelekatan semacam gambaran pada seseorang, seperti ‘ Anda Baik Hati’ label
diduga menyebabkan orang memandang diri mereka dengan cara yang diisyaratkan
oleh labelnya. Pelabelan dapat digunakan oleh pemasar untuk menarik hati calon
konsumen, sehingga pembelian terjadi.
6. Insentif
(Insentif)
Insentif
merupakan ajaran luas alat-alat promosi, seperti karting harga, undian, rabat,
kontes, kupon. Insentif biasanya mewakili komponen penting dari keseluruhan
strategi promosi produk.
BAB X
PENGARUH KEBUDAYAAN TERHADAP
PEMBELIAN DAN KONSUMENSI
10.1 Pengertian Kebudayaan
Budaya
atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekertas yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi akal manusia.
Dalam
bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture,
yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu menolah atau mengerjakan. Bisa
diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagi “kultur” dalam bahasa
Indonesia.
Budaya
adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari
banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama, dan politik, adat istiadat,
bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga
budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak
orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang
berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya
adalah suatu pola hidup menyeluruh bersifat kompleks, abstrak, dan luas.
Banyaknya aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur
sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
10.2 Dimanakah seseorang menemukan
nilai-nilai yang dianutnya?
Individu
tidak lahir dengan membawa nilai-nilai (value). Nilai-nilai ini diperoleh dan
berkembang melalui informasi, lingkungan keluarga, serta budaya sepanjang
perjalanan hidupnya. Mereka belajar dari keseharian dan menentukan tentang
nilai-nilai mana yang benar dan mana yang salah. Untuk memahami perbedaan
nilai-nilai kehidupan ini sangat tergantung pada situasi dan kondisi dimana
mereka tumbuh dan berkembang. Nilai-nilai tersebut diambil dengan berbagai cara
antara lain:
a. Model
atau contoh, dimana individu belajar tentang nilai-nilai yang baik atau buruk
melalui observasi perilaku keluarga, sahabat, teman sejawat dan masyarakat
lingkungannya dimana dia bergaul.
b. Moralitas,
diperoleh dari keluarga, ajaran agama, sekolah, dan institusi tempatnya bekerja
dan memberikan ruang dan waktu atau kesempatan kepada individu untuk
mempertimbangkan nilai-nilai yang berbeda.
c. Sesuka
hati adalah proses dimana adaptasi nilai-nilai inikurang terarah dan sangat
tergantung kepada nilai-nilai yang ada di dalam diri seseorang dan memilih
serta mengembangkan sistem nilai-nilai tersebut menurut kemauan mereka sendiri.
Hal ini lebih sering disebabkan karena kurangnya pendekatan, atau tidak adanya
bimbingan atau pembinaan sehingga dapat menimbulkan kebingunan, dan konflik
internal bagi individu tersebut.
d. Penghargaan
dan sanksi : perlakuan yang biasa diterima seperti : mendapatkan penghargaan
bila menunjukkan perilaku yang baik, dan sebaliknya akan mendapat sanksi atau
hukuman bila menunjukkan perilaku yang tidak baik.
e. Tanggung
jawab untuk memilih : adanya dorongan internal untuk menggali nilai-nilai
tertentu dan mempertimbangkan konsekuensinya untuk diadaptasi. Disamping itu,
adanya dukungan dan bimbingan dari seseorang yang akan menyempurnakan
perkembangan sistem nilai dirinya sendiri.
10.3 Pengaruh Kebudayaan terhadap
perilaku konsumen
Pengertian
perilaku konsumen menurut Shiffman dan
Kanuk (2000) adalah perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli,
menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, ayau ide yang
diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan
mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan.
Selain
perilaku konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1993) adalah proses
pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini
melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan
barang-barang dan jasa-jasa.
Menurut
Ebert dan Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan sebagai uaya konsumen
untuk membuat keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi.
Faktor
budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku konsumen. Pengiklan
harus mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, subbudaya dan kelas social
pembeli. Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku
seseorang.
Budaya
merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang
dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting
lainnya. Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya- sub-budaya yang lebih kecil
yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para
anggotanya. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi empat kelompok : kelompok
nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, dan area geografis. Banyak subbudaya
membentuk segmen pasar penting dan pemasar seringkali merancang produk dan
program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen. Kelas-kelas
sosial adalah masyarakat yang relatif permanen dan bertahan lama dalam suatu
masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaanya mempunyai nilai,
minat dan perilaku yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan oleh satu faktor
tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur dari kombinasi pendapat, pekerjaan,
pendidikan, kekayaan dan variabel lain. Berikut ini adalah contoh pengaruh
kebudayaan yang mempengaruhi pembeli itu
sendiri:
1. Pengaruh
budaya terhadap pemaknaan sebuah produk
Budaya
menuntut individu dan masyarakat dalam upaya pemenuhan kebutuhan maupun
keinginan terhadap barang dan jasa. Tuntunan budaya berupa nilai : dalam hal
kuliner sayur asam, ikan asin, atau lalapan. Orang akan memaknai produk yag
dapat dikonsumsi oleh umat Islam, yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama
Indonesia.
2. Pengaruh
budaya terhadap pengambilan keputusan individu
Individu
dalam mengambil keputusan untuk berkomunkasi, tidak dapat dipisahkan dari
pengaruh budaya. Di antaranya dipengaruhi nilai dan norma. Di dalam masyarakat
terdapat ide/gagasan mengenai, apakah suatu pengalaman berharga, tidak
berharga, bernilai, tidak bernilai, pantas atau tidak. Inilah yang diartikan
sebagai nilai. Sedangkan norma sendiri dimaknai sebagai peraturan yang
ditetapkan secara bersama-sama, yang menuntut perilaku seseorang dalam
mengambil keputusan. Contohnya : Pengambilan keputusan yang di pengaruhi oleh
nilai : Kegiatan amal yang dilakukan individu, dengan menyantuni semua anak
yatim dalam sutu panti, merupakan tindakan yang bernilai, yang akan memperoleh
pahala dan kebajikan bagi dirinya. Tetapi tidak bagi individu lain, karena
dianggap hal ini merupakan pemborosan. Pengambilan keputusan yang dipengaruhi
oleh norma : Di daerah padang, di haruskan bagi para siswa untuk bisa membaca
Al-Qur’an. Namun tidak bagi daerah di Papua.
3. Pengaruh
budaya yang berupa tradisi
Tradisi
adalah aktivitas yang bersifat simbolis yang merupakan serangkaian
langkah-langkah (berbagai perilaku) yang muncul dalam rangkaian yang pasti
terjadi berulang-ulang. Tradisi yang disampaikan selama kehidupan manusia, dari
lahir hingga mati. Hal ini bisa jadi sangat bersifat umum. Hal yang penting
dari tradisi ini untuk para pemasar adalah fakta bahwa tradisi cenderung masih
berpengaruh terhadap masyarakat yang menganutnya. Misalnya yaitu natal, yang
selalu berhbungan dengan pohon cemara, dan untuk tradisi-tradisi misalnya
pernikahan, akan membutuhkan perhiasan-perhiasan sebagai perlengkapan acara
tersebut.
4. Pengaruh
budaya dapat memuaskan kebutuhan
Budaya
yang ada di masyarakadapat memuaskan kebutuhan masyarakat. Budaya dalam suatu
produk yang memberikan petunjuk, dan pedoman dalam menyelesaikan masalah dengan
menyediakan metode “Coba dan buktikan” dalam memuaskan kebutuhan fisiologis,
personal dan sosial. Misalnya dengan
adanya budaya yang memberikan peraturan dan standar mengenai kapan waktu kita
makan, dan apa yang harus dimakan tiap waktu seseorang pada waktu makan. Begitu
juga hal yang sama yang akan dilakukan konsumen misalny sewaktu mengkonsumi
makanan olahan dan suatu obat.
5. Pengaruh
budaya yang tidak disadari
Dengan
adanya kebudayaan , perilaku konsumen mengalami perubahan. Dengan memahami
beberapa bentuk budaya dari masyarakat, dapat membantu pemasar dalam
memprediksi penerimaan knsumen terhadap suatu produk. Pengaruh budaya dapat
mempenaruhi masyarakat secara tidak sadar. Pengaruuh budaya sangat alami dan
otonomatis sehingga pengaruhnya terhadap perilaku erring diteriman begitu saja.
6. Pengaruh
buday dapat dipelajari
Budaya
dapat dipelajari sejak seseorang sewaktu masih kecil, yang memungkinkan
seseorang mulai mendapat nilai-nilai kepercayaan dan kebiasaan dari lingkungan
yang kemudian membentuk budaya seseorang. Berbagai macam cara budaya dapat
dipelajari. Seperti yang diketahui secara umum yaitu misalnya ketika orang dewasa
dan rekannya yang lebih tua mengajari anggota keluarganya yang lebih muda
mengenai cara berperilaku. Ada juga misalnya seorang anak belajar dengan meniru
perilaku perilaku keluarganya, teman atau pahlawan di televise. Begitu juga
dalam dunia industri, perusahaan periklanan cenderung memilih cara pembelajaran
secara informal dengan memberikan model untuk ditiru masyarakat. Misalnya dengan
adanya pengulangan iklan akan dapat membuat nilai suayu produk dan pembentukan
kepercayaan dalam diri masyarakat. Seperti biasnya iklan sebuah produk akan
berupaya mengulang kembali akan iklan suatu produk yang menjadi keuntungan dan
kelebihan dari produk itu sendiri. Iklan itu tiidak hanya mampu mempengaruhi
persepsi sesaat konsumen mengenai keuntungan dari suatu produk, namuh dapat
juga memepengaruhi persepsi generasi mendatang mengenai keuntungan yang akan
didapatkan dari suatu kategori produk tertentu.
10.4 Struktur konsumensi
Konsumen
mengambil banyak macam keputusan membeli setiap hari. Kebanyakan perusahaan
besar meneliti keputusan membeli konsumen secara amat rinci untuk menjawab
pertanyaan mengenai apa yang dibeli konsumen, dimana mereka membeli, bagaimana
dan berapa banyak mereka membeli, serta mengapa mereka membeli.
Secara
matematis, struktur konnsumsi yaitu menjelaskan bagaimana harga beragam sebagai
hasil dari keseimbangan antara ketersediaan produk pada tiap harga (penawaran)
dengan kebijakan distribusi dan keinginan dari mereka dengan kekuatan pembelian
pada tiap harga (permintaan). Grafik ini memperlihatkan sebuah pergeseran ke
kanan dalam permintaan dari D1 ke D2 bersama dengan peningkatan
harga dan jumlah yang diperlukan untuk mencapai sebuah titik keseimbangan
(equibilirium) dalam kurva penawaran (S).
10.5
Dampak nilai-nilai inti terdapat pemasar
1. Kebutuhan
Konsep
dasar yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusi. Kebutuhan manusia
adalah pernyataan dari rasa kehilangan, dan manusia mempunyai banyak kebutuhan
yang kompleks. Kebutuhan manusia yang kompleks tersebut karena ukan hanya fisik
(makanan, pakaian, perumahan, dll), tetap juga rasa aman, aktualisasi diri,
sosialisasi, penghargaan, kepemilikan. Semua kebutuhan berasal dari masyarakat
konsumen, bila tidak puas consumen akan mencari produk atau jasa yang dapat
memuaskan kebutuhan tersebut.
2. Keinginan
Bentuk
kebutuhan manusia yang dihasilkan oleh budaya dan kepribadian individual
dinamika keinginan. Keinginan digambarkan dalam bentuk obyek yang akan
memuaskan kebutuhan mereka atau keinginan adalah hasrat akan penawar kebutuhan
yang spesifik. Masyarakat yang semakin berkembang keinginannya juga semakin
luas, tetapi ada keterbatasan dana, waktu, tenaga dan ruang, sehingga
dibutuhkan perusahaan yang bisa memuaskan keinginan sekaligus memenuhi
kebutuhan manusia dengan menembus keterbatasan tersebut, paling tidak
meminimalisasi keterbatasan sumber daya. Contoh: manusia butuh makan, tetapi
keinginan untuk memuaskan lapar tersebut tergantung dari budayanya dan
lingkungan tumbuhannya.
3. Permintaan
Dengan
keinginan dan kebutuhan serta keterbatasan sumber daya tersebut, akhirnya
manusia meinciptakan permintaan akan produk atau jasa dengan manfaat yang
paling memuaskan. Sehingga muncullah istilah permintaan, yaitu keinginan
manusia akan produk spesifik yang didukung oleh kemampuan dan ketersediaan
untuk membelinya.
10.6
Perubahan nilai
Budaya
juga perlu mengalami perubahan nilai. Ada beberapa aspek dari perlunya
perluasan perubahan budaya yaitu:
a. Budaya
merupakan konsep yang meliputi banyak hal atau luas. Hal tersebut termasuk
segala sesuatu dari pengaruh proses pemikiran individu dan perilakunya. Ketika budaya
tidak menentukan sifat dasar dari frekuensi pada dorongan biologis seperti
lapar, hal tersebut berpengaruh jika waktu dan cara dari dorongan ini akan
memberi kepuasan.
b. Budaya
adalah hal yang diperoleh. Namun tidak memaksudkan mewarisi respond an kecenderungan.
Bagaimanapun juga, bermula dari perilaku manusia tersebut.
c. Kerumitan
dari masyarakat modern yang merupakan kebenaran budaya yang jarang memberikan
ketentuan yang terperinci atas perilaku yang tepat.
Variasi
nilai perubahan dalam nilai budaya terhadap pembelian dan knsumsi. Nlai budaya
memberikan dampak yang lebih pada
perilaku konsumen dimana dalam hal ini dimasukkan kedalam kategori-kategori
umum yaitu berupa orientasi nilai-nilai linnya yaitu merefleksikan gambarn
mastyarakat dari hubungan yang tepat antara individu dan kelompok dalam
masyarakat. Hubungan ini mempunyai pengaruh yang utama dalam praktek pemasaran. Sebagai contoh, jika
masyarakat menilai aktifitas kolektif, konsumen akan melihat kerah lain pada
pedoman dalam keputusan pembelanjaan dan tidak akan merespon keuntungan pada
seruan promosi untuk “menjadi seorang individual”. Dan begitu juga pada budaya
yang individualistic. Sifat dasar dari nilai yang terkait ini termasuk
individual/kolektif, kaum muda/tua, meluas/batas keluarga, maskulin/feminism,
persaingan/kejasama, dan perbedaan/keseragaman.
1. Individual/kolektif
Budaya individualis
terdapat pada budaya Amerika, Australia, Inggris, Kanada, New Zealand, dan
Swedia. Sedangkan Taiwan, Korea, Hongkong, Meksiko, Jepang, India dan Rusia
lebih kolektifis dalam orientasi mereka. Nilai ini adalah faktor kunci yang
membedakan budaya dan konsep diri yang berpengaruh besar pada individu. Tidak mengherankan,
konsumen dari budaya yang memiliki perbedaan nilai, berbeda pula reaksi mereka
pada produksi asing, iklan, dan sumber yang lebih disukai dari suatu informasi,
seperti contoh konsumen dari Negara yang lebih kolektifis cenderung untuk
menjadi lebih suka meniru dan kurang inovatif dalam pembelian mereka
dibandingkan dengan budaya individualistik.
2. Usia
muda/tua
Dalam
hal ini apakah dalam budaya pada suatu keluarga, anak-anak sebagai kaum muda
lebih perpengaruh dibandingan dengan orang dewasa dalam pembelian. Dengan kata
lain adalah melihat faktor budaya yang lebih bijaksana dalam melihat sisi dari
peran usia. Seperti contoh di Negara kepulauan Fiji, para orang tua memilih
untuk menyenangkan anak mereka dengan membeli suatu barang. Hal ini berbeda
dengan para orang tua di Amerika yang memberikan tuntutan yang poditif bagi
anak mereka.
Disamping
itu, walaupun Cina memiliki kebijakan yang mengharuskan untuk membatasi
keluarga memiliki lebih dari satu anak, tetapi bagi budaya mereka anak
merupakan “kaisar kecil” bagi mereka. Jadi, apapun yang mereka inginkan akan
segera dipenuhi. Dengan kata lain, penting untuk diingat bahwa segmen
tradisional dan nilai masih berpengaruh dan peran pemasar hasrus menyelesaikan
bukan hanya pada lintas budaya melainkan juga pada budaya didalamnya.
3. Luas/batasan
keluarga
Yang
dimaksud disini adalah bagaimanan keluarga dalam suatu budaya membuat suatu
kkeputusan penting bagi anggota keluarganya. Dengan kata lain apakah peran
orang dewasa (orang tua) memiliki kebijakan yang lebih dalam memutuskan apa
yang terbaik bagi anaknya. Atau malah sebaliknya anak-anak memberi keputusan
sendiri apa yang terbaik bagi diri mereka sendiri. Dan bisa dikatakan juga
bahwa pengaruh pembelian oleh orang tua akan berpengaruh untuk seterusnya pad
anak. Seperti contoh pada beberapa budaya yaitu seperti di Meksiko, sama halnya
dengan Amerika, peran orang dewasa sangat berpengaruh. Para orang tua lebih
memiliki kecenderungan dalam mengambil keputusan dalam membeli. Begitu juga
para orang dewasa muda di Thailand yang huidup sendiri diluar dari orang tua
atau keluarga mereka. Tetapi ketergantungan dalam membeli masih dipengaruhi
oleh orang tua maupun keluarga mereka. Yang lain halnya di India, sesuatu hal
yang akan diberi diputuskan bersama-sama dalam satu keluarga yaitu seperti
diskui keluarga diantara mereka.
10.7
Perubahan institusi
Kebudayaan
yang semakin berkembang mengakibatkan pembelian dan konsumsi yang berubah pula.
Kebudayaan secara tidak langsung telah mempengaruhi dalam segala aspek
kehidupan manusia. Para pemasar dapat melihat perkembangan kebudayaan dengan
cara melalui penjualan produk yang dijual pada konsumen serta pengaruhnya
terhadap pembelian dan konsumen pembelian dan konsumsi mereka. Seraya melihat
perubahan-perubahan nilai kebudayaan yang terjadi pada masyarakat.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar