Selasa, 04 Oktober 2016

Tugas Softskill 1 Etika Bisnis



TUGAS SOFTSKILL 1
ETIKA BISNIS


NAMA: TIARA PRADHITA FITRIYANA
NPM   : 18213896
KELAS : 4EA21




UNIVERSITAS GUNADARMA
PTA 2016/2017

1.      Hakikat Mata Kuliah Etika Bisnis
a.       Hakikat Etika Bisnis
Menurut Drs.O.P.Simorangkir bahwa hakikat etika bisnis adalah menganalisis atas asumsi-asumsi bisnis, baik asumsi moral maupun pandangan dari sudut moral. Karena bisnis beroperasi dalam rangka suatu sistem ekonomi, maka sebagian dari tugas etika bisnis hakikatnya mengemukakan pertanyaan-pertanyaan tentang sistem ekonomi yang umum dan khusus, dan pada gilirannya menimbulkan pertanyaan tentang tepat atau tidaknya pemakaian bahan moral untuk menilai sistem-sistem ekonomi dan struktur bisnis.
     Contoh praktek etika bisnis yang dihubugkan dengan moral: uang milik perusahaan tidak boleh diambil atau ditarik oleh setiap pejabat perusahaan untuk dimiliki secara pribadi. Hal ini bertentangan dengan etika bisnis. Memiliki uang dengan cara merampas atau menipu adalah bertentangan dengan moral. Pejabat perusahaan yang sadar etika bisnis, akan melarang pengambilan uang perusahaan untuk kepentingan pribadi, pengambilan yang terlanjur wajib dikembalikan. Pejabat yang sadar disebut memiliki kesadaran moral, yakni keputusan secara sadar diambil oleh pejabat, karena ia merasa bahwa itu adalah tanggung jawab, bukan saja selaku karyawan melainkan juga sebagai manusia yang bermoral.
Contoh praktek etika bisnis yang tidak memiliki kesadaran moral: seorang berdarah dingin dijalan juanda, jakarta yang sangat ramai itu mendorong dengan clurit dan merampas harta milik seseorang. Baginya menodong itu merupakan kebiasaan dan menjadi profesinya. Apakah ada kesadaran moral bahwa perbuatan itu bertentangan dan dilarang oleh ajaran agama, hukum dan adat? Sejak kecil ia ditinggalkan oleh ibu bapaknya akibat perceraian, ia bergaul dengan anak gelandangan dan pencuri. Sesudah dewasa menjadi penodong ulung. Ia menodong atau membunuh tanpa mengenal rasa takut atau berdosa, bahkan sudah merupakan suatu profesi.
Menurut Dr. H. Budi Untung etika bisnis adalah pengetahuan tentang tatacara ideal pengaturan dan pengelola bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara universal dan secara ekonomi atau sosial. Penerapan norma dan moralitas ini menunjang maksud dan tujuan kegiatan dalam bisnis. Dalam penerapan etika bisnis, maka bisnis mesti mempertimbangkan unsur norma dan moralitas yang berlaku didalam masyarakat. Disamping itu etika bisnis dapat digerakkan dan dimunculkan dalam perusahaan sendiri karena memiliki relevansi yang kuat dengan profesionalisme bisnis.
Menurut Velasques (2002), etika bisnis adalah studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi berkonsentrasi pada standar moral sebagai diterapkan dalam kebijakan, institusi dan perilaku bisnis.
Menurut Hill dan Jones (1998) etika bisnis adalah suatu ajakan untuk membedakan antara salah dan benar guna memberikan pembekalan kepada setiap pemimpin perusahaan ketika mempertimbangkan untuk mengambil keputusan strategis yang terkait dengan masalah moral yang komplek. Lebih jauh ia mengatakan sebagian besar dari kita sudah memiliki rasa yang baik dari apa yang benar dan apa yang salah, kita sudah tahu bahwa salah satu untuk mengambil tindakan yang menempatkan resiko kehidupan yang lain.
Menurut Steade et al (1984:701), dalam bukunya “Business, its Natura and Environment An Introduction” bahwa etika bisnis adalah standar etika yang berkaitan dengan tujuan dan cara membuat keputusan bisnis.
b.      Tujuan Etika Bisnis
Pengertian etika bisnis dan tujuan dibuatnya etika bisnis pada dasarnya sebuah etika bisnis ini digalakan karena memiliki maksud dan tujuan tertentu dalam dunia bisnis. Adapun tujuan etika bisnis adalah untuk menjalankan dan menciptakan sebuah bisnis seadil mungkin serta menyesuaikan hukum yang sudah dibuat. Selain itu, juga dimaksudkan untuk menghilangkan ketergantungan pada sebuah kedudukan individu maupun perusahaan. Etika bisnis itu tingkatannya lebi luas jika dibandingkan dengan ketentuan yang sudah diatur berdasarkan hukum yang berlaku, bahkan jika dibandingkan dengan standar minimal dari ketentuan hukum maka etika bisnis menjadi standat minimal dari ketentuan hukum etika bisnis menjadi standar atau ukuran yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan berbisnis tidak jarang kita jumpai adanya bagian abu-abu da tidak diatur berdasarkan ketentuan hukum.
c.       Fungsi Etika Bisnis
Pengertian etika bisnis dan fungsi penerapan etika bisnis dalam penerapan etika bisnis ini tentu akan adanya nilai plus atau keuntungan tersendiri bagi sebuah perusahaan, baik dalam jangka waktu yang panjang maupun menengah. Adapun fungsi etika bisnis diantaranya adalah dapat mengurangi dana yang diakibatkan dari pencegahan yang kemungkinan terjadinya friksi atau perpecahan, baik dari intern perusahaan itu sendiri maupun ekstern perusahaan. Selain itu dalam etika bisnis ini juga berfungsi untuk membangkitkan motivasi pekerja agar terus menigkat, melindungi prinsip dalam kebebasan berdagang atau berniaga, serta dapat meenciptakan keunggulan dalam bersaing.
Secara umum, suatu tindakan perusahaan yang kurang etis akan membuat konsumen menjadi terpancing dan pada akhirnya muncullah sebuah tindakan pembalasan. Seperti contoh adanya larangan beredarya suatu produk, gerakan pemboikotan dan yang sejenisnya, maka yang terjadi adalah penurunan nilai jual dan juga perusahaan. Hal ini tentu berbeda dengan perusahaan yang menghargai adanya etika bisnis, pasti akan mendapat peringatan kepuasan yang lebih tinggi.
2.      Definisi Etika dan Bisnis
a.       Etika
Secara etimologis, kata etika berasal dari kata Yunani ethos (tunggal) yang berarti adat, kebiasaan, watak, akhlak, sikap, perasaan dan cara berpikir. Bentuk jamaknya ta etha. Sebagai bentuk jamak dari ethos, ta etha berarti adat-kebiasaan atau pola pikiran yang dianut oleh suatu kelompok orang yang disebut masyarakat atau pola tindakan yang dijunjung tinggi dan dipertahankan oleh masyarakat tersebut. Bentuk jamak inilah yang menjadi acuan dengannya istilah etika yang dipakai dalam sejarah peradaban manusia hingga saat ini tercipta. Etika adalah ta etha atau adat-kebiasaan yang baik yang dipertahankan, dijunjung tinggi dan diwariskan secara turun temurun (Yoseph Laba Sinour, 2010:3).
Menurut K.Bertens etika adalah cabang filsafat yang mempelajari baik buruknya perilaku manusia. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk dan tanggung jawab. Dalam pengertian kumpulan dari peraturan-peraturan kesusilaan sebetulnya tercakup juga adanya kesediaan karena kesusilaan dalam dirinya minta ditaati pula oleh orang lain. Aristoteles juga memberikan stilah ethica yang meliputi dua pengertian yaitu etika meliputi kesediaan dan kumpulan peraturan, yang mana dalam bahasa latin dikenal dengan kata Mores yang berati kesusilaan, tidak salah satu perbuatan (lahir, tingkah laku), kemudian perkataan Mores tumbuh dan berkembang menjadi moralitas yang mengandung arti kesediaan jiwa akan kesusilaan.
Menurut Hobbs dalam Wignjosoebroto, etika berkaitan dengan standar perilaku diantara orang-orang dalam kelompok sosial. Etika merupakan prinsip-prinsip nilai moral yang sistematis. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu maupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self control”, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok itu sendiri.
Menurut James J. Spillance SJ, bahwa etika adalah mempertimbangkan atau memperhatikan tingkah laku manusia dalam mengambil suatu keputusan yang berkaitan dengan moral. Etika lebih mengarah pada penggunaan akal budi manusia dengan objektivitas untuk menentukan benar atau salanya serta tingkah laku seseorang kepada orang lain.
Setelah mengetahui pendapat para ahli mengenai etika, maka kita juga harus tahu apa fungsi dan tujuan etika sebagai berikut:
v  Fungsi etika
·         Sebagai subyek          : untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakan itu salah atau benar, buruk atau baik.
·         Sebagai obyek            :   cara melakukan sesuatu (didasarkan pada moralitas).
v  Tujuan etika
Untuk mendapatkan konsep mengenai penilaian baik buruk manusia sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
b.      Bisnis
Secara historis kata bisnis diambil dari kata bahasa inggris yaitu busy yang dapat diartikan sebagai sibuk. Kata busy sendiri pada bahasa inggris lama yaitu bisignis yang berarti keadaan dimana seseorang sedang sibuk “state of being busy”.  Konsep bisnis tersebut tidak membatasi pendapat yang ada bahwa bisnis berlaku untuk individu, komunitas, ataupun masyarakat. Secara etimologi bahwa bisnis berarti keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang sibuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan.
Menurut Stainford (1979) bahwa Business is all those activities in providing the goods and services needed or desired by people. Dalam pengertian ini bisnis sebagai aktivitas yang menyediakan barang atau jasa yang diperluhkan atau diinginkan oleh konsumen. Dapat dilakukan oleh organisasi perusahaan yang memiliki badan hukum, perusahaan yang memiliki badan usaha, maupun perorangan yang tidak memiliki badan hukum maupun badan usaha.
Menurut Brown dan Petrello (1976) bahwa Business is an institution which produces goods and services demanded by people. Dalam pengertian ini bisnis sebagai suatu lembaga menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Apabila kebutuhan masyarakat meningkat, maka lembaga bisnis pun akan meningkat pula perkembangannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut, sambil memperoleh laba.
Menurut Hooper bahwa bisnis adalah segala dan keseluruhan kompleksitas yang ada pada berbagai bidang seperti penjualan (commerce) dan industri, industri dasar, processing, dan industri manufaktur dan jaringan, distribusi, perbankan, insuransi, transportasi, dan seterusnya yang kemudian melayani dan memasukkan secara utuh (which serve and interpenetrate) dunia bisnis secara menyeluruh.
Dalam dunia perekonomian, bisnis memiliki karakteristik yakni sebagai berikut:
·         Lembaga atau institusi atau organisasi sosial dan ekonomi,
·         Berhubungan dengan berbagai barang dan jaa yang memenuhi kebutuhan manusia,
·         Mencari laba, profit atau keuntungan,
·         Menetukan harga yang sesuai dan,
·         Akan ada kemungkinan mengalami kerugian.
Namun ada tiga hal terpenting dalam bisnis yaitu : menghasilkan barang dan jasa, mencari profit, dan memaksimalkan kebutuhan konsumen.
3.      Etika Moral, Hukum dan Agama
Pada dasarnya “etika moral” bukan suatu kata yang memiliki satu arti. Melainkan etika moral adalah penggabungan dua kata yang berbeda.
Menurut Hurlock (1990) moral adalah sopan santun, kebiasaan, adat istiadat, dan aturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya.
Menurut Chaplin (2006) moral yang sesuai dengan aturan yang mengatur hukum sosial atau adat atu perilaku.
Moral merupakan landasan dan patokan tindakan bagi setiap orang dalam kehidupan sehari-hari ditengah-tengah kehidupan sosial kemasyarakatan maupun dalam lingkungan keluarga dan yang terpenting moral berada pada batin atau pikiran setiap insan sebagai fungsi control untuk menyeimbangkan bagi pikiran negatif yang akan direalisasikan. Sedangkan moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan atau nilai yang berkenaan dengan baik buruk.
Hukum dan moral mempunyai hubungan yang sangat erat, karena satu sama lain saling memiliki dan saling membutuhkan. Kualitas hukum ditentukan oleh moralnya. Oleh karena itu hukum harus dinilai/diukur dengan norma moral. Undang-undang moral tidak dapat digantikan apabila dalam suatu masyarakat kesadaran moralnya mencapai tahap cukup matang. Moral juga membutuhkan hukum, moral akan mengambang saja apabila tidak dikukuhkan, diungkapkan dan dilembagakan dalam masyarakat. Dengan demikian hukum dapat meningkatkan dampak sosial moralitas. Walaupun begitu tetap moral dan hukum harus dibedakan.
Perbedaan antara Moral dan Hukum
Moral
Hukum
Bersifat subyektif dan akibatnya seringkali diganggu oleh pertanyaan atau diskusi yang mengingatkan kejelasan tentang etis dan tidaknya.
Bersifat obyektif karena hukum ditulis dan disusun dalam kitab undang-undang. Maka hukum memiliki kepastian yang lebih besar.
Moral menyangkut perilaku batin seseorang
Hukum hanya membatasi ruang lingkup pada tingkah laku lahiriah manusia saja.
Sanksi moral satu-satunya adalah pada kenyataan bahwa hati nuraninya akan merasa tidak tenang
Sanksi hukum biasanya dapat dipaksakan.
Moralitas tidak akan dapat diubah oleh masyarakat.
Sanksi hukum pada dasarnya didasarkan pada kehendak masyarakat.

Agama adalah sistem atau prinsip kepercayaab kepada adanya kekuatan mengatur yang bersifat luar biasa yang berisi norma-norma atau peraturan yang menata bagaimana cara manusia berhubungan dengan Tuhan dan bagaimana manusia hidup yang berkelanjutan sampai sesudah manusia itu mati. Sedangkan etika mendukung keberadaan agama, dimana etika sanggup membantu manusia dalam menggunakan akal pilkiran untuk memecahkan masalah. Perbedaan antara etika dan ajaran moral agama yakni etika mendasarkan diri pada argumentasi rasional. Sedangkan Agama menuntut seseorang untuk mendasarkan diri pada wahyu Tuhan dan ajaran agama.
4.      Klasifikasi Etika
Menurut buku yang berjudul “Hukum dan Etika Bisnis” karangan Dr. H. Budi Untung, S.H., M.M, etika dapat diklasifikasikan menjadi:
a.       Etika Deskriptif
Etika deskriptif yakni etika dimana objek yang dinilai adalah sikap dan perilaku manusia dalam mengejar tujuan hidupnya sebagaimana adanya. Nilai dan pola perilaku manusia sebagaimana adanya ini tercermin pada situasi dan kondisi yang telah membudaya di masyarakat secara turun-temurun.
b.      Etika Normatif
Etika normatif yakni sikap an perilaku manusia atau masyarakat sesuai dengan norma dan moralitas yang ideal. Etika ini secara umum dinilai memenuhi tuntutan dan perkembangan dinamika serta kondisi masyarakat. Adanya tuntutan yang  menjadi acuan bagi masyarakat umum atau semua pihak dalam menjalankan kehidupannya.
c.       Etika Deontologi
Etika deontologi yakni etika yang dilaksanakan dengan dorongan oleh kewajiban untuk berbuat baik terhadap orang atau pihak lain dari perilaku kehidupan. Bukan hanya dilihat dari akibat dan tujuan yang timbulkan oleh sesuatu kegiatan atau aktivitas, tetapi dari sesuatu aktivitas yang dilaksanakan karena ingin berbuat kebaikan terhadap masyarakat atau pihak lain.
d.      Etika Teleologi
Etika teleologi yakni etika yang diukur dari apa tujuan yang dicapai oleh para pelaku kegiatan. Aktivitas akan dinilai baik jika bertujuan baik. Artinya sesuatu yang dicapai adalah sesuatu yang baik dan mempunyai akibat yang baik. Baik ditinjau dari kepentingan semua pihak. Dalam etika ini dikelompokkan menjadi dua macam yaitu:
·         Egoisme adalah etika yang baik menurut pelaku saja, sedangkan bagi yang lain mungkin tidak baik.
·         Utilitarianisme adalah etika yang baik bagi semua pihak, artinya senua pihak baik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung akan menerima pengaruh yang baik.
e.       Etika Relatifisme
Etika relatifisme yakni etika yang digunakan dimana mengandung perbedaan kepentingan antara kelompok parsial dan kelompok universal atau global. Etika ini hanya berlaku bagi kelompok passrial, misalnya etika yang sesuai dengan adat istiadat lokal, regional dan konvensi, sifat dan lain-lain. Dengan demikian tidak berlaku bagi semua pihak atau masyarakat yang bersifat global.
5.      Konsepsi Etika
Konsep-konsep dasar etika antara lain adalah (Bertens, 2002) : (i) ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia serta azas-azas akhlak (moral) serta kesusilaan hati seseorang untuk berbuat baik dan juga untuk menentukan kebenaran atau kesalahan dan tingkah laku seseorang terhadap orang lain. Sedangkan teori-teori etika sebagai berikut:
a.       Utilitarianisme
Utilitarianisme menyatakan bahwa suatu tindakan dianggap baik bila tindakan ini meningkatkan derajat manusia. Penekanan dalam utilitarianisme bukan pada memaksimalkan derajat masyarakat secara keseluruhan. Dalam implementasinya sangat tergantung pada pengetahuan kita akan hal mana yang dapat memberikan kebaikan terbesar. Seringkali kita tidak mungkin benar-benar mengetahui konsekuensi tindakan kita sehingga ada resiko bahwa perkiraan terbaik bisa saja salah.
b.      Analisis Biaya-Keuntungan (Cost-Benefit Analysis)
Pada dasarnya, tipe analisis ini hanyalah satu penerapan utilitarianisme. Dalam analisis biaya-keuntungan, biaya suatu proyek dinilai, demikian juga keuntungannya. Hanya proyek-proyek yang perbandingan keuntungan terhadap biayanya paling tinggi saja yang akan diwujudkan. Bila dilihat dari teorinya, sangatlah mudah untuk menghitung biaya dan keuntungan, namun dalam penerapannya bukan hanya hal-hal yang bersifat materi saja yang perlu diperhitungkan melainkan hal-hal lahir juga perlu diperhatikan dalam mengambil keputusan.
c.       Etika Kewajiban dan Etika Hak
Etika kewajiban (duty ethics) menyatakan bahwa ada tugas-tugas yang harus dilakukan tanpa mempedulikan apakah tindakan ini adalah tindakan terbaik. Sedangkan, etika hak (right ethics) menekankan bahwa kita semua mempunyai hak moral, dan semua tindakan yang melanggar hak tidak dapat diterima secara etika. Etika kewajiban dan etika hak sebenarnya hanyalah dua sisi yang berbeda dari stu mata uang yang sama. Kedua teori ini mencapai akhir yang sama, yaitu individu harus dihormati, dan tindakan dianggap etis bila tindakan itu mempertahankan rasa hormat kita kepada orang lain. Kelemahan dari teori ini adalah terlalu bersifat individu, hak dan kewajiban bersifat individu. Dalam penerapannya sering terjadi bentrok antara hak seseorang dengan orang lain.
d.      Etika Moralitas
Pada dasarnya, etika moralitas berwacana untuk menentukan kita sebaiknya menjadi orang seperti apa. Dalam etika moralitas, suatu tindakan dianggap benar jika tindakan itu mendukung perilaku karakter yang baik (bermoral) dan dianggap salah jika tindakan itu mendukung perilaku karakter yang buruk (tidak bermoral). Etika moral lebih bersifat pribadi, namun moral pribadi akan berkaitan erat dengan moral bisnis. Jika perilaku seseorang dalam kehidupan pribadinya bermoral, maka perilakunya dalam kehidupan bisnis juga akan bermoral.
Dalam memecahkan masalah, kita tidak perlu binggung untukk memilih teori mana yang sebaiknya digunakan, sebab kita dapat menggunakan semua teori itu untuk menganalisis suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda dan melihat hasil apa yanag diberikan masing-masing teori itukepada kita.

Sumber:






Tidak ada komentar:

Posting Komentar