Sabtu, 12 Maret 2016

Materi Kuliah "Berpikir Induktif"



Nama               : Tiara Pradhita Fitriyana
Npm                : 18213896
Kelas               : 3EA21
Mata Kuliah    : Bahasa Indonesia 2


KATA PENGANTAR
Tiada yang lebih patut menjadi tempat memanjatkan puji syukur selain Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya penulisan makalah ini. Penulisan makalah ini dapat terlaksana terutama berkat anugerah yang dilimpahkan Allah SWT dalam bentuk kesehatan, kemampuan, dan kelonggaran.
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan petunjuk berupa akal, pikiran dan ilmu pengetahuan. Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul”BERPIKIR INDUKTIF”.
Hanya setitik ilmu yang saya miliki diantara seluas lautan pengetahuan. Oleh karena itu dimungkinkan ada kekurangan atau kekhilafan dalam penyajian makalah ini. Mohon maklum dan terimakasih.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Penalaran ialah sesuatu hal yang digunakan untuk berinteraksi  dengan individu atau kelompok  agar komunikasi dapat berjalan sesuai dengan tema pembicaraan. Dan penalaran dibagi menjadi 2 bagian yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif. Namun penulis akan menjelaskan pembahasan tentang berfikir induktif dalam bahasa Indonesia.

1.2  Tujuan Penulisan Makalah
Penulisan ini akan dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan mutu dalam penggunaan bahasa Indonesia dalam menguasai kemampuan berfikir.

1.3  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan berfikir induktif ?
2.      Apa yang dimaksud dengan penalaran induktif ?
3.      Apa yang dimaksud dengan konsep generalisasi ?
4.      Apa yang dimaksud dengan hipotesis, teori, analogi, hubungan kausal dan imduksi dalam metode eksposisi ?

1.4  Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah ini, sangat sederhana. Penulis mengumpulkan informasi dari buku bahasa Indonesia  untuk perguruan tinggi dan media internet dalam mengumpulkan data.

BAB II
POKOK PEMBAHASAN

2.1  Definisi Berpikir Induktif
Induksi adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus untuk menentukan hukum yang umum. Induksi adalah cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual.
Berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak  dari hal-hal khusus ke umum. Hukuman yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti.generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif (www.id.wikipedia.com).

2.2  Definisi Penalaran Induktif
Tri Wahyu R.N (2006:115) Penalaran induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus, prosesnya disebut induksi.
Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum (filsafat ilmu. Hal 48 Jujun. S. Suriasumantri Pustaka Sinar Harapan. 2005)

2.3  Generalisasi
Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif. Contoh:
o   Jika dipanaskan, besi memuai.
o   Jika dipanaskan, tembaga memuai.
o   Jika dipanaskan, emas memuai.
o   Jika dipanaskan, platina memuai.
o   Jika dipanaskan, logam memuai.
o   Jika ada udara, manusia akan hidup.
o   Jika ada udara, hewan akan hidup.
o   Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
o   Jika ada udara, mahkluk hidup akan hidup.
Generalisasi Induktif adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum. Contoh:
Tamara Bleszynski adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik.
Nia Ramadhani adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik.
Generalisasi: semua bintang sinetron berparas cantik.
Pernyataan “semua bintang sinetron berparas cantik” hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.
Contoh kesalahannya : omas adalah bintang iklan, tetapi tidak berparas cantik.
Macam-macam generalisasi:
1.      Generalisasi Sempurna / Tanpa Loncatan Induktif
Generalisasi sempurna adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki. Fakta yang diberikan cukup banyak dan meyakinkan. Contoh : Sensus Penduduk.
2.      Generalisasi Tidak Sempurna/ Dengan Loncatan Induktif
Generalisasi tidak sempurna adalah generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki. Fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada. Contoh : Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantalon.

2.4  Definisi Hipotesis
Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya.
Hipotesis berasal dari bahasa Yunani: hypo = di bawah;thesis = pendirian, pendapatan yang ditegakkan, kepastian.
Hipotesis merupakan sebuah istilah ilmiah yang digunakan dalam rangka kegiatan ilmiah yang mengikuti kaidah-kaidah berfikir biasa, secara sadar, teliti,dan terarah. Dalam penggunaannya sehari-hari hipotesa ini sering juga disebut dengan hipotesis, tidak ada perbedaan makna di dalamnya.

2.5  Definisi Teori
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah. Labovits dan Hagedorn mendefinisikan teori sebagai ide pemikiran “pemikiran teoritis” yang mereka definisikan sebagai “menentukan” bagaimana dan mengapa variabel-variabel dan pernyataan hubungan dapat saling berhubungan.

2.6  Analogi
Analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu proses morfologi dimana dalam analogi,pembentukan kata baru dari kata yang telah ada. Contohnya pada kata dewa-dewi, putra-putri, pemuda-pemudi, dan karyawan-karyawati.
Jenis-jenis Analogi:
1.      Analogi induktif
Analogi induktif, yaitu analogi yang disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua. Analogi induktif merupakan suatu metode yang sangat bermanfaat untuk membuat suatu kesimpulan yang dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang terbukti terdapat pada dua barang khusus yang diperbandingkan.
Contoh analogi induktif : Tim Uber Indonesia mampu masuk babak final karena berlatih setiap hari. Maka tim Thomas Indonesia akan masuk babak final jika berlatih setiap hari.
2.      Analogi deklaratif
Analogi deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Cara ini sangat bermanfaat karena ide-ide baru menjadi dikenal atau dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudah kita ketahui atau kita percayai.
Contoh analogi deklaratif : Deklaratif untuk penyelenggaraan Negara yang baik diperlukan sinergis antara kepala Negara dengan warga negaranya. Sebagaimana manusia, untuk mewujudkan perbuatan yang benar diperlukan sinergis antara akal dan hati.

2.7  Hubungan Kausal
Kausalitas merupakan prinsip sebab-akibat yang ilmu dan pengetahuan yang dengan sendirinya bisa diketahui tanpa membutuhkan pengetahuan dan perantaraan ilmu yang lain dan pasti antara segala kejadian, serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya, merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan. Keharusan dan keaslian sistem kausal merupakan bagian dari ilmu-ilmu manusia yang telah dikenal bersama dan tidak diliputi keraguan apapun.
Kausalitas dibangun oleh hubungan antara suatu kejadian (sebab) dan kejadian kedua (akibat atau dampak), yang mana kejadian kedua dipahami sebagai konsekuensi dari yang pertama.
Kausalitas merupakan asumsi dasar dari ilmu sains. Dalam metode ilmiah, ilmuwan merancang eksperimen untuk menentukan kausalitas dari kehidupan nyata. Tertanam dalam metode ilmiah adalah hipotesis tentang hubungan kausal. Tujuan dari metode ilmiah adalah untuk menguji hipotesis tersebut.
Terdiri dari 3 pola, yaitu:
1.      Sebab ke akibat, yaitu dari peristiwa yang dianggap sebagai akibat ke kesimpulan sebagai efek. Contoh: karena terjatuh ditangga, kibum harus beristirahat selama 6 bulan.
2.      Akibat ke sebab, yaitu dari peristiwa yang dianggap sebagai akibat ke kejadian yang dianggap penyebabnya. Contoh : jari kelingking Leeteuk patah karena memukul papan itu.
3.      Akibat ke akibat, yaitu satu akibat ke akibat lainnya tanpa menyebutkan penyebabnya.

2.8  Induksi dalam Metode Eksposisi
Eksposisi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf  dalam penulisan  yang dimana isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang singkat, akurat dan padat.
Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topic dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar dan statistik. Sebagai catatan, tidak jarang eksposisi ditemukan hanya berisis uraian tentang langkah/cara/proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.
Langkah menyusun eksposisi :
o   Menentukan topik/tema.
o   Menetapkan tujuan.
o   Mengumpulkan data dari berbagai sumber.
o   Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topic yang dipilih.
o   Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah mempelajari materi berpikir induktif , maka kita tahu tentang penalaran induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus, prosesnya disebut induksi. Penalaran  induktif mungkin merupakan generalisasi, analogi, atau hubungan sebab akibat.

Sumber:
Wahyu, Tri R.N. 2006. Bahasa Indonesia. Jakarta:Universitas Gunadarma